SEJARAH BANK YANG DI LIHAT DARI SEGI
KEPEMILIKANNYA yaitu BANK MILIK PEMERINTAH, BANK SWASTA NASIONAL, BANK SWASTA
ASING, BANK KOPERASI dan BANK CAMPURAN
Jenis Bank di lihat dari segi kepemilikannya
Di tinjau dari
segi kepemilikan maksudnya adalah siapa yang memiliki bank tersebut.
Kepemilikan ini dapat di lihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang di
miliki bank yang bersangkutan. Jenis bank tersebut adalah sebagai berikut :
A.
Bank milik Pemerintah
Akte maupun modalnya di miliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank di miliki oleh
pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah antara lain :
1)
Bank Negara Indonesia ( BNI )
Bank Negara Indonesia atau BNI adalah sebuah institusi bank milik pemerintah,
dalam hal ini adalah perusahaan BUMN, di Indonesia.
Dalam struktur manajemen organisasinya, Bank Negara Indonesia (BNI), dipimpin
oleh seorang Direktur Utama yang saat ini dijabat oleh Achmad Baiquni. Bank
Negara Indonesia (BNI) adalah bank komersial tertua dalam sejarah Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada
tanggal 5 Juli
tahun 1946. Saat
ini BNI mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI juga
mempunyai unit perbankan syariah, Namun sejak 2010 telah spin off (Memisahkan diri),
yang dinamakan BNI Syariah PT Bank Negara Indonesia Tbk
didirikan oleh Margono Djojohadikusumo, yang merupakan
satu dari anggota BPUPKI,
lalu mendirikan bank sirkulasi/sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan
mengelola mata uang RI. Margono berjasa besar atas perkembangan bisnis atau
usaha perbankan di Indonesia. Karena Margono adalah seorang pionir, maka dia
berhasil menanamkan nilai-nilai dan cara pandang bisnis perbankan di Indonesia,
menggantikan peranan De Javasche Bank pada era penjajahan.
Bank Negara Indonesia didirikan dan dipersiapkan pada tanggal 5 Juli 1946 menjadi Bank
Sirkulasi atau Bank Sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan mengelola
mata uang RI. Beberapa bulan setelah pendiriannya, Bank Negara Indonesia mulai
mengedarkan alat pembayaran resmi pertama - Oeang Republik Indonesia atau ORI. Pengusul dibentuknya sebuah Bank
Sentral atau Bank Sirkulasi, serta sekaligus juga adalah sebagai pendiri
dan Direktur Utama Bank Negara Indonesia yang pertama adalah Raden Mas (R.M.) Margono Djojohadikusumo.
Pada 1955,
Peran Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank pembangunan dan kemudian
mendapat hak untuk bertindak sebagai bank devisa. Sejalan dengan penambahan
modal pada tahun 1955,
status Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank umum dengan penetapan secara
yuridis melalui Undang-Undang Darurat nomor 2 tahun 1955. Dengan inovasi
perbankan yang luas, menimbulkan kepercayaan pemerintah terhadap perusahaan
BNI. Maka, pada 1968,
status hukum Bank Negara Indonesia ditingkatkan ke Persero dengan nama PT Bank
Negara Indonesia.
Pada 2013,
BNI memposisikan layanannya dalam tingkat yang lebih tinggi. Bank BNI
meluncurkan kartu kredit dan kartu ATM/debit bergambar Tim Sepakbola peserta
BPL, Chelsea,
dengan logo MasterCard. Kartu tersebut dapat diterima oleh fans Chelsea. Bank
BNI juga meluncurkan layanan trust bagi industri ekspor, termasuk untuk
industri minyak dan gas.
2)
Bank Rakyat Indonesia ( BRI
)
Bank Rakyat
Indonesia (BRI atau Bank BRI) adalah salah satu bank milik
pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya
Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De
Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank
Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga
keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga
tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian
dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Pada periode
setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal
1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik
Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI
sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian
Renville pada tahun 1949 dengan berubah
nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41
tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan
peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM).
Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN
diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan
Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17
tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia.
Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks
BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural,
sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Berdasarkan
Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan
Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang
intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank
Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing
menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali
tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan
Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21
tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan
terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan
Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan
untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama
resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai
dengan saat ini.
Sampai sekarang
Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten
memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan
memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara
lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun
1994 sebesar Rp. 6.419,8 miliar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 miliar pada
tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466
miliar.
Seiring dengan
perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank
Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri
dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor
Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1
New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40
Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos
Pelayanan Desa. Pada 19 Januari 2013, BRI juga meluncurkan sistem e-Tax, yaitu
layanan penerimaan pajak daerah secara online melalui layanan cash management.
3)
Mandiri
Bank Mandiri adalah bank yang berkantor pusat di Jakarta, dan merupakan bank
terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan deposit. Bank ini berdiri
pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi
perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999,
empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang
Negara (BDN), Bank Ekspor
Impor Indonesia (Bank Exim),
dan Bank
Pembangunan Indonesia (Bapindo),
digabungkanke dalam Bank Mandiri.
Bank Mandiri dibentuk pada 2 Oktober 1998, dan empat bank asalnya efektif
mulai beroperasi sebagai bank gabungan pada pertengahan tahun 1999. Setelah
selesainya proses merger, Bank Mandiri kemudian memulai proses konsolidasi,
termasuk pengurangan cabang dan pegawai. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran
single brand di seluruh jaringan melalui iklan dan promosi. Salah satu
pencapaian penting adalah penggantian secara menyeluruh platform teknologi.
Bank Mandiri mewarisi sembilan sistem perbankan dari keempat ‘’’legacy
banks’’’. Setelah investasi awal untuk konsolidasi sistem yang berbeda tersebut,
Bank Mandiri mulai melaksanakan program penggantian platform yang berlangsung
selama tiga tahun, di mana program pengganti tersebut difokuskan untuk
meningkatkan kemampuan penetrasi di segmen ‘’’retail banking’’’. Pada saat ini,
infrastruktur teknologi informasi Bank Mandiri sudah mampu melakukan
pengembangan ‘’’e-channel’’’ & produk retail dengan ‘’’Time to Market’’’
yang lebih baik. Dalam proses penggabungan dan pengorganisasian ulang tersebut,
jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi sebanyak 194 buah dan karyawannya
berkurang dari 26.600 menjadi 17.620. Direktur Utama Bank Mandiri yang pertama
adalah Muljohardjoko (Dirut Taspen sejak Februari 1996). Alumnus Fakultas
Ekonomi UI ini pernah juga berdinas di PT Telkom, terakhir ia menjabat sebagai
direktur keuangan). Muljohardjoko menjadi Dirut Bank Mandiri selama 35 hari
ketika awal-awal menjadi Dirut Taspen. Kepemimpinan Muljohardjoko di Taspen
sendiri berjalan sejak Februari 1996 sampai tahun 1999. Direktur Utama Bank
Mandiri yang kedua adalah Robby Djohan. Kemudian pada Mei 2000, posisi Djohan
digantikan ECW
Neloe. Neloe menjabat selama lima tahun, sebelum digantikan Agus
Martowardojo sebagai Direktur Utama sejak Mei 2005. Neloe menghadapi dugaan
keterlibatan pada kasus korupsi di bank tersebut. Agus kemudian digantikan oleh
Zulkifli Zaini dan saat ini (2015) Budi Gunadi Sadikin (BGS) tengah menjadi
Dirut Bank Mandiri. Pada Maret 2005,
Bank Mandiri mempunyai 829 cabang yang tersebar di sepanjang Indonesia dan enam
cabang di luar negeri. Selain itu, Bank Mandiri mempunyai sekitar 2.500 ATM dan tiga anak
perusahaan utama yaitu Bank Syariah Mandiri, Mandiri Sekuritas, dan AXA
Mandiri. Nasabah Bank Mandiri yang terdiri dari berbagai segmen merupakan
penggerak utama perekonomian Indonesia. Berdasarkan sektor usaha, nasabah Bank
Mandiri bergerak dibidang usaha yang sangat beragam. Sebagai bagian dari upaya
penerapan ‘’’prudential banking’’’ & ‘’’best-practices risk management’’’,
Bank Mandiri telah melakukan berbagai perubahan. Salah satunya, persetujuan
kredit dan pengawasan dilaksanakan dengan ‘’’four-eye principle’’’, di mana
persetujuan kredit dipisahkan dari kegiatan pemasaran dan business unit.
Sebagai bagian diversifikasi risiko dan pendapatan, Bank Mandiri juga berhasil
mencetak kemajuan yang signifikan dalam melayani Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dan nasabah ritel. Pada akhir 1999, porsi kredit kepada nasabah ‘’’corporate’’’
masih sebesar 87% dari total kredit, sementara pada 31 Desember 2009, porsi
kredit kepada nasabah UKM dan mikro telah mencapai 42,22% dan porsi kredit
kepada nasabah consumer sebesar 13,92%, sedangkan porsi kredit kepada nasabah
‘’’corporate’’’ mencakup 43,86% dari total kredit. Sesudah menyelesaikan program
transformasi semenjak 2005 sampai dengan tahun 2009, Bank Mandiri sedang
bersiap melaksanakan transformasi tahap berikutnya dengan merevitalisasi visi
dan misi untuk menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan
selalu progresif.
Pada Juni 2013, Bank Mandiri
sudah mempunyai 1.811 cabang dan sekitar 11.812 ATM yang tersebar merata
di 34 provinsi di Indonesia tanpa terkecuali, semakin menegaskan Bank Mandiri
sebagai salah satu dari jajaran bank terbesar di Indonesia.
Bank Mandiri membentuk sebuah perusahaan baru yang diberi nama Mandiri
Capital, merupakan modal ventura pertama yang berbasis teknologi di Indonesia.
Mandiri Capital akan menanamkan modal ke bisnis-bisnis start-up yang berpotensi
besar. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
menambah dua kantor cabang baru di di pulau Gili Trawangan dan Sengigi, Nusa
Tenggara Barat (NTB). Penambahan kantor cabang ini dilakukan karena melihat
prospek ekonomi yang bagus di sektor pariwisata. Dengan tambahan dua cabang
baru itu, saat ini perseroan sudah memiliki 2.456 kantor cabang di seluruh
Indonesia. Bank Mandiri menyediakan
layanan perbankan bagi Pos Indonesia untuk meningkatkan efisiensi
pengelolaan kas. Melalui penyediaan layanan ini, Bank Mandiri akan mengelola
kas Pos Indonesia seperti penyediaan likuiditas, penerimaan setoran dana,
pengelolaan dana dan rekening, fasilitas cash management, serta layanan perbankan
lain untuk pegawai dan mitra bisnis Pos Indonesia. Sinergi Bank Mandiri dengan
Pos Indonesia telah menghasilkan banyak pengembangan bisnis, seperti
pembentukan bank joint venture bersama-sama PT Taspen dengan nama Bank Mantap
yang menjadi kendaraan untuk penyaluran kredit pensiunan. Mandiri dan Pos
Indonesia juga berkolaborasi dalam mendukung kelancaran penyaluran PSKS melalui
Layanan Keuangan Digital. Bahkan, untuk memudahkan transaksi keuangan
masyarakat, sekitar 4.000 electronic data capture (EDC) Bank Mandiri telah
ditempatkan di kantor pos yang berada di berbagai wilayah Tanah Air. Selain
kerjasama tersebut, Bank Mandiri juga menyediakan layanan keuangan bagi pegawai
dan pensiunan PT Pos Indonesia yang saat ini tercatat memiliki sekitar 26 ribu
pegawai dan 16 ribu pensiunan.
4)
BTN
Bank Tabungan Negara atau BTN adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia
yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa
keuangan perbankan.
Sejak tahun 2012, bank ini dipimpin oleh Maryono sebagai direktur utama.
Cikal
bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia pada
tahun 1897. Pada
tahun 1942, sejak
masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank
ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku atau Chokinkyoku (貯金局?).
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank
ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor
Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali
hingga akhirnya pada tahun 1963 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang
berlaku saat ini
Sejarah
BTN:
- 1897: Berdiri dengan nama Postpaarbank
- 1942-1945: Berubah nama menjadi Chokin Kyoku
- 1950: Menjadi Bank Tabungan Pos
- 1963: Menjadi Bank Tabungan Negara
- 1968: Resmi dimiliki Pemerintah (BUMN)
- 1974: Pelayanan lebih difokuskan
- 1989: Mendapat izin bank umum dan penerbitan obligasi
- 1992: Menjadi Persero
- 1994: Mendapat izin bank devisa
- 2000: Ikut program rekapitulasi
- 2002: Pinjaman Tanpa Subsidi
- 2003: Restrukturisasi
- 2005: Peluncuran BTN Syariah
- 2008: Sekuritisasi asset
B. Bank
Swasta Nasional
1)
Bank BCA
Bank Central Asia (BCA) adalah bank swasta
terbesar di Indonesia. Bank ini didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan pernah menjadi bagian
penting dari Salim Group. Sekarang bank ini dimiliki oleh salah satu grup perusahaan rokok
terbesar di dunia, Djarum.
BCA secara resmi berdiri pada
tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah
dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah
krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Krisis
ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di
Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini memengaruhi aliran dana tunai di
BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik
lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta
bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998. Berkat
kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih
kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah
kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal
di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA
telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia pada tahun 2000. Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar
dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran Saham
Perdana
berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal
dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai
70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni
dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.
Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender
penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus
memperkokoh tradisi tata
kelola perusahaan yang baik,
kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada
nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi
finansial.
2)
Bank Mega
Bank Mega adalah perusahaan Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Bank ini berbasis di Jakarta dan merupakan bagian dari CT Corp. Didirikan pada tahun 1969. Direktur utamanya saat ini adalah
Kostaman Thayib.
Berawal dari sebuah usaha milik
keluarga bernama Bank Karman yang didirikan pada tanggal 15 April 1969 dan berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi Mega Bank
dan melakukan relokasi kantor pusat ke Jakarta. Seiring dengan perkembangannya Mega Bank pada tahun 1996 diambil alih oleh CT Corp (d/h Para Group) (PT Para Global Investindo dan PT. Para
Rekan Investama). Untuk lebih meningkatkan citra Mega Bank. Pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo dengan
tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat dengan akan lebih
mudah dikenal melalui logo perusahaan yang baru berubah nama menjadi Bank
Mega. Dalam rangka memperkuat struktur permodalan maka pada tahun yang sama
Bank Mega melaksanakan Initial Public
Offering dan
listed di BEJ maupun BES. Dengan demikian sebagian saham Bank Mega dimiliki
oleh publik dan berubah namanya menjadi PT. Bank Mega . Pada saat krisis
ekonomi, Bank Mega mencuat sebagai salah satu bank yang tidak terpengaruh oleh
krisis dan tumbuh terus tanpa bantuan pemerintah bersama dengan Citibank, Deutsche Bank dan HSBC.
Bank Mega merupakan satu-satunya
bank di Indonesia yang mobil operasionalnya menggunakan Livery Bank Mega. Dan
strategi ini berhasil menanamkan image yang begitu kuat dikalangan gross root
Bangsa Indonesia Dan hingga kini Bank Mega masih merupakan bank yang
kepemilikannya 100% milik warga Indonesia, saat mayoritas usaha di sektor keuangan
Indonesia dimonopoli oleh asing.
3)
Bank Danamon
PT Bank Danamon Indonesia atau lebih dikenal dengan nama Bank Danamon, adalah sebuah bank di Indonesia.
Bank Danamon didirikan pada tanggal
16 Juli 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 nama bank ini berubah menjadi PT
Bank Danamon Indonesia. Bank ini menjadi bank pertama yang memelopori
pertukaran mata uang asing pada tahun 1976 dan
tercatat sahamnya di bursa sejak tahun 1989. Pada tahun 1997, sebagai akibat dari krisis finansial di
Asia, Bank Danamon mengalami kesulitan likuiditas dan akhirnya oleh pemerintah ditaruh di bawah pengawasan
BPPN atau Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama IBRA)
sebagai Bank yang diambil alih Pemerintah (BTO - Bank Take Over). Pada
tahun 1999, pemerintah melalui BPPN melakukan rekapitalisasi Bank Danamon sebesar Rp 32 miliar
dalam bentuk Surat Hutang Pemerintah (Government Bonds). Pada tahun yang
sama, beberapa bank BTO akhirnya digabung menjadi satu dengan Bank Danamon
sebagai salah satu bagian dari rencana restrukturisasi BPPN.
Pada tahun 2000, Bank Danamon kembali melebarkan
sayapnya dengan menjadi bank utama dalam penggabungan 8 Bank BTO lainnya. Pada
saat inilah Bank Danamon mulai muncul sebagai salah satu pilar ekonomi di Indonesia. Pada 3 tahun berikutnya, Bank Danamon
mengalami restrukturisasi besar-besaran mulai dari bidang manajemen, sumber daya manusia, organisasi, sistem informasi, anggaran
dasar dan logo
perusahaan. Usaha keras yang dilakukan ini akhirnya berbuah hasil dalam
membentuk pondasi dan infrastruktur bagi Bank Danamon dalam tujuannya untuk meraih pertumbuhan
yang maksimal berdasarkan transparansi kerja, tanggung
jawab kepada
masyarakat, integritas sebagai salah satu pilar ekonomi di
Indonesia dan sikap profesional dalam menjalankan tugasnya sebaga salah satu
bank terbesar di Indonesia (atau lebih dikenal dengan istilah TRIP). Pada tahun
2003, Bank Danamon diambil alih mayoritas kepemilikan sahamnya
oleh konsorsium Asia
Finance Indonesia
di bawah kendali Temasek Holdings. Dengan hadirnya manajemen baru, maka dicanangkanlah penata
ulangan model bisnis dan strategi usaha Bank Danamon
dalam usahanya untuk terus melakukan perubahan total dalam disain yang sudah
dirancang untuk menjadikan Bank Danamon sebagai salah satu bank nasional
terkemuka di Indonesia dan bank pemain utama di kawasan Asia. Sejak tahun 2008, Bank Danamon yang kemudian dikenal
dengan nama Danamon mulai menggerakan masyarakat Indonesia lewat kampanye "Untuk Anda, Bisa". Bahkan sejak 2010, Danamon meluncurkan program
Semangat Bisa. Musim 1 dari Semangat Bisa ditayangkan oleh Trans 7 serta dipandu oleh Pandji Pragiwaksono dan Musim 2 ditayangkan oleh Global TV serta dipandu oleh Soraya Hylmi.
4)
Bank Permata
Bank Permata merupakan salah satu bank
swasta nasional di Indonesia.
Tahun 2004 Standard
Chartered Bank dan PT Astra
Internasional Tbk mengambil
alih PermataBank dan memulai transformasi besar-besaran di dalam organisasi.
PermataBank memiliki visi menjadi pelopor dalam memberikan solusi finansial
yang inovatif. Melayani sekitar 2 juta nasabah di 59 kota di Indonesia, per
Oktober 2013 tercatat PermataBank memiliki 308 cabang (15 Cabang Syariah & 293
Cabang Konvensional), 20 Cabang Bergerak (Mobile
Branch), 3 Payment Point, 888 ATM dengan akses di lebih dari 50.000 ATM (VisaPlus, Visa Electron,
MasterCard, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima) dan jutaan ATM di seluruh dunia yang terhubung
dengan jaringan Visa, MasterCard, Cirrus. Direktur
Utamanya saat ini adalah Roy Arman Arfandy. Pengakuan terkini atas pencapaian
PermataBank adalah 12 Penghargaan dari Asiamoney 2013 untuk Cash Management dan
Foreign Exchange Products and Services; empat penghargaan International
Business Awards (Stevie Award) atas kampanye kehumasan dan pemasaran tahunan;
Bank dengan SMS Banking dan ATM Terbaik dalam Banking Service Excellence
2012-2013 dan peringkat ketiga Best Overall Performance serta peringkat teratas
PermataBank Syariah dalam layanan prima terbaik tiga kali berturut-turut,
Gold Award untuk Priority Banking dalam Service Quality Award 2013, Bank
Syariah terbaik dengan asset >500 Miliar dari Karim Award 2013.
Bank Permata merupakan bank hasil penggabungan dari lima
bank di bawah pengelolaan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yaitu:
Bank Bali ditunjuk menjadi Bank Rangka dan pada tanggal 18 Februari 2002
berganti nama menjadi Bank Permata, sedangkan keempat bank lainnya sebagai bank
yang menggabungkan diri.
Penggabungan lima bank ini merupakan implementasi dari
keputusan Pemerintah mengenai Program Restrukturisasi Lanjutan yang dikeluarkan
pada tanggal 22
November 2001,
yang bertujuan untuk membentuk suatu bank yang memiliki struktur permodalan
yang kuat, kondisi keuangan yang sehat dan berdaya saing tinggi dalam
menjalankan fungsi intermediasi, dengan jaringan layanan yang lebih luas dan
produk yang lebih beragam. Dan sebagai hasilnya, terbentuklah PermataBank
sebagai bank yang fokus dan standalone serta sejak awal berkomitmen untuk menekuni
segmen UKM, ritel dan komersial.
C.
Bank Swasta
Asing
1)
HSBC
HSBC adalah salah satu grup perbankan terbesar di
dunia. HSBC bermarkas di London, dengan kantor pusat di Menara HSBC, London, sebuah bagian dari pengembangan Canary Wharf di London
Docklands. Anggota
pendirinya adalah The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited,
sebuah bank yang dibentuk oleh orang Skotlandia - Thomas Sutherland untuk membiayai perdagangan di Timur Jauh di 1865.Pada 2005, bank ini merupakan perusahaan terbesar keempat dalam segi aset . Ia melaporkan jumlah
pemasukan dalam dolar AS sekitar 70% berasal dari luar Britania. Nyaris 40% berasal dari operasinya di Hong Kong. Sebelum pindah markasnya ke London pada awal 1990-an, ia bermarkas di Hong Kong. HSBC merupakan bank terbesar di
Hong Kong, dan kedua terbesar di dunia setelah Citigroup.
Di Indonesia, HSBC mulai hadir di Jakarta pada tahun 1884, sehingga merupakan salah satu bank
tertua di Indonesia.
2)
CIMB Niaga
Bank CIMB Niaga atau yang lebih dikenal dengan CIMB Niaga adalah sebuah bank
yang berdiri pada tahun 1955. Saat ini CIMB
Niaga merupakan bank terbesar keempat di Indonesia dilihat dari
sisi aset, dan diakui prestasi dan keunggulannya di bidang pelayanan nasabah dan
pengembangan manajemen. Saat ini mayoritas saham Bank CIMB Niaga dimiliki oleh CIMB
Group. Bank CIMB Niaga merupakan bank
pembayar (payment bank) KSEI terbesar dari nilai transaksi, dan dengan
pangsa pasar 11%, saat ini CIMB Niaga adalah bank penyedia kredit pemilikan rumah terbesar ketiga di Indonesia.
CIMB Niaga pertama kali didirikan
pada tanggal 26 September 1955 sebagai bank swasta nasional dengan nama Bank
Niaga. Setelah terbentuk, membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme
karyawan menjadi perhatian utama bank. Pada tahun 1969, ketika sektor swasta di Indonesia dilanda krisis, Bank Niaga mampu bertahan dan berhak
memperoleh jaminan dari Bank Indonesia. Bank Niaga kemudian merevisi rencana usahanya pada tahun 1974, dan berganti menjadi bank umum
agar dapat memenuhi kebutuhan nasabah. Pada tahun 1976 Bank Niaga meluncurkan Program
Kredit Profesional, yaitu pinjaman bagi para profesional seperti ahli teknik, dokter, dan sebagainya. Selanjutnya, pada tahun 1981-1982, Bank Niaga menjadi bank pertama di
Indonesia yang menerapkan sistem perbankan jaringan (online) dan
sistem jaringan kantor cabang. Langkah berikut yang ditempuh Bank Niaga adalah
membentuk jaringan unit usaha penukaran valuta asing resmi di sejumlah kantor cabang pada tahun 1985 beserta beragam produk baru. Pada
tahun 1987, Bank Niaga membedakan dirinya dari pesaingnya di pasar
domestik dengan menjadi Bank yang pertama menawarkan nasabahnya layanan
perbankan melalui mesin ATM di Indonesia. Pada Juni 1989 merupakan tahun Bank Niaga
melakukan penawaran saham perdana sehingga menjadi perusahaan terbuka. Saham
yang ditawarkan laris dibeli, dan saham yang dipesan mencapai empat kali lipat
dibanding jumlah saham yang diterbitkan (20.9 juta saham).
Bank Niaga mulai menyediakan layanan
bagi nasabah kelas menengah-atas pada tahun 1998, guna memperbesar jumlah nasabah. Pada
tahun 1999, Bank Niaga menjadi bank di bawah pengawasan Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) karena dana pemegang saham untuk rekapitalisasi
kurang dari 20%. Commerce Asset Holdings Berhad (CAHB), yang sekarang dikenal
luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad, mengakuisisi saham Bank Niaga pada
tahun 2002. Tahun 2007, seluruh kepemilikan saham berpindah ke CIMB Group sebagai
bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group. Pada bulan Mei 2008, Bank Niaga resmi berubah nama
menjadi Bank CIMB Niaga. Dalam rangka memenuhi kebijakan Single Presence Policy
(SPP) yang ditetapkan Bank Indonesia, Khazanah Nasional Berhad sebagai pemilik saham mayoritas Lippo Bank dan juga saham pengendali Bank Niaga (melalui CIMB Group),
melakukan penggabungan (merger) kedua bank tersebut secara resmi pada tanggal 1 November 2008 yang diikuti dengan pengenalan logo kepada masyarakat luas.
3)
Bank UOB
Bank UOB Indonesia adalah perusahaan Indonesia yang berbentuk perseroan
terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Bank ini
awalnya bernama "Bank Buana Indonesia" dan didirikan pada tahun 1956. Perusahaan ini mengalami perubahan nama menjadi "Bank UOB
Buana" pada tahun 2008 karena saham
mayoritasnya dibeli oleh UOB, sebuah perusahaan perbankan dari Singapura. Dengan
kepemilikan saham mayoritas yang beralih kepada UOB maka perusahaan yang semula
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ini mengajukan voluntary
delisting dan go private pada tahun 2008. Pada tahun 2011,
"Bank UOB Buana" berganti nama menjadi "Bank UOB Indonesia".
Sejarah
- 1956: PT Bank Buana Indonesia (BBI) didirikan di Jakarta.
- 1965: BBI diakuisisi oleh kemitraan dari lima perusahaan industri.
- 1972: BBI mengakuisisi PT Bank Pembinaan Nasional di Bandung.
- 1974: BBI mengakuisisi PT Bank Kesejahteraan Masyarakat di Semarang.
- 1975: BBI mengakuisisi PT Bank Aman Makmur di Jakarta.
- 1976: BBI mendapatkan ijin sebagai bank devisa.
- 1989: BBI membentuk joint-venture dengan The Mitsubishi Bank Ltd, dan mendirikan bank dengan nama PT Bank Mitsubishi Buana (selanjutnya berganti nama menjadi PT Bank DBS Buana).
- 1990: Joint-venture dengan DBS dan TatLee, dan mendirikan bank dengan nama PT DBS TatLee Buana Bank.
- 1994: Sebuah Perusahaan induk dibentuk dengan nama PT Sari Dasa Karsa, yang mengakuisisi hampir 90 persen saham BBI dan membentuk tim manajemen baru.
- 1998: BBI menerima sertifikasi Kelas A dari Bank Indonesia .
- 2000: BBI melakukan penawaran saham terbatas dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dan menjual saham di PT Bank DBS Buana.
- 2002: Terdaftar di New York Stock Exchange sebagai ADRs.
- 2003: International Finance Corporation / IFC (anak perusahaan dari Bank Dunia), mengakuisisi tujuh persen saham BBI.
- 2004: UOB International Investment Private Limited (UOBII) menjadi pemegang saham terbesar kedua seteah PT Sari Dasa Karsa
- 2005: IFC melepas seluruh sahamnya dan UOBII menjadi pemegang saham mayoritas
- 2007: United Overseas Bank Limited (UOB), melalui UOBII menjadi pemegang saham utama
- 2007: Nama perusahaan ini berubah dari PT Bank Buana Indonesia menjadi PT Bank UOB Buana
- 2008: Perusahaan melakukan perubahan status dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup. Serta melakukan tender saham milik masyarakat
- 2010: PT Bank UOB Indonesia melakukan penggabungan ke dalam PT Bank UOB Buana berdasarkan surat persetujuan Bank Indonesia Np. 12/45/KEP.GBI/2010 pada tanggal 10 Juni 2010
- 2011: PT Bank UOB Buana resmi berganti nama menjadi PT Bank UOB Indonesia
5)
OCBC NISP
Bank OCBC
NISP (sebelumnya bernama Bank NISP)
adalah sebuah bank swasta di Indonesia. Bank ini didirikan 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch-Indische Spaar en Deposito
Bank. Pada 1981, sempat berganti nama menjadi NV. Spaar En Deposito
yang diuraikan sebagai Bank Nilai Inti Sari Penyimpan (disingkat NISP), bank
ini kemudian lama dikenal sebagai Bank NISP. Semenjak 16 Oktober 2008, Bank
NISP resmi berganti nama dan logo menjadi Bank OCBC NISP. Nama perusahaan juga
turut diubah dari PT Bank NISP Tbk menjadi PT Bank OCBC NISP Tbk. Pada 1
Januari 2011, Bank OCBC Indonesia resmi meleburkan diri ke Bank OCBC
NISP untuk memenuhi peraturan pemilik tunggal dari Bank Indonesia. Bank OCBC NISP juga sering mencatatkan prestasinya secara
baik dalam dunia perbankan serta meraih beragam penghargaan. Saat ini mayoritas
saham Bank OCBC NISP dimiliki oleh OCBC
Group yang
berlokasi di Singapura. OCBC merupakan penyedia jasa
perbankan dan asuransi terbesar di Singapura. Saat ini,direktur utamanya adalah
Parwati Surjaudaja
6)
May Bank
Maybank sebuah nama perdagangan untuk Malayan
Banking Berhad (tulisan
Arab : مايبانك),
dijuluki sebagai "Bank Kepala Harimau", adalah jaringan bank dan grup jasa keuangan yang terbesar kedua di Malaysia, dengan operasi-operasi perbankan penting di Singapura, Indonesia dan Filipina. Bank ini juga telah memiliki kepentingan besar dalam perbankan Islam melalui Maybank Islamic Bank dan asuransi melalui anak perusahaannya Etiqa.
Maybank adalah bank memiliki terbesar di Malaysia dengan lebih 384 cabang lokal
dan 190 cabang dan kantor luar negeri. Maybank adalah perusahaan terdaftar di
Bursa Saham Malaysia terbesar, Bursa Malaysia, dengan kapitalisasi pasar di lebih dari RM54 miliar pada 31 Maret 2011. Pada tahun 2008, Maybank
selesai akuisisi 15% dalam An
Binh Bank
(Vietnam), 20% Muslim
Commercial Bank of Pakistan
(Pakistan) dan 97,5% Bank Internasional
Indonesia (BII).
Satu hal lagi, Maybank memenangkan Merek Malaysia yang Paling Berharga untuk
tahun kedua (yang senilai RM9,3 miliar), dan Deal of the Year - Insolvency
& Restructuring Deal of the Year di ALB SE Asia Law Awards tahun 2008. Pada
tahun 2011, Maybank adalah peringkat ke-458 dalam Memimpin Perusahaan Forbes Global 2000 dengan kapitalisasi pasar sebesar AS$20,98 miliar.
Maybank beroperasi perbankan
pengguna, bisnis dan perbankan korporat, serta layanan perbankan swasta,
melalui satu jaringan lebih dari 384 kantor cabang dan lebih dari 2.800 mesin ATM di Malaysia. Perusahaan itu
beroperasi 22 buah cabang seluruh Singapura menyediakan satu barisan lengkap perbankan dan produk dan
layanan keuangan. Maybank, melalui Maybank Filipina Incorporated, mempunyai 45
buah cabang di Filipina dan juga memiliki kehadiran perbankan dalam kebanyakan
pasar Asia Tenggara yang lain, termasuk Brunei, Papua Nugini, Indonesia, Kamboja dan Vietnam. Bank ini juga menangani cabang di New York, London, Hong Kong dan Bahrain. Di samping jaringan perbankan komersial, Maybank juga
beroperasi sejumlah operasi khusus di dalam asuransi, perbankan investasi dan
manajemen aset serta sektor keuangan. Subsidari-subsidari grup ini termasuk Etiqa
Insurance & Takaful yang menyediakan kedua produk-produk berbasis
konvensional dan Shariah, dan Maybank Investment Bank adalah bagian grup
investasi menyusul dari akuisisi Mayban Discount dan Mayban Securities. Maybank
adalah bank Malaysia yang pertama diberi hak untuk mendirikan kantor cabangnya
di Republik Rakyat
Tiongkok.
Maybank telah didirikan oleh raja
pedagang Malaysia Khoo Teck Puat, yang mati pada tahun 2004. Grup perusahaan ini dipimpin
oleh presiden dan CEO Amirsham Abdul Aziz dalam dua dekade hingga Maret 2008
setelah dia ditunjuk menjadi Menteri di Departemen Perdana Menteri di dalam
Unit Perancang Ekonomi, satu jabatan yang dipegang sehingga April 2009. Dato'
Sri Abdul Wahid Omar secara resmi ditunjuk menjadi Presiden & CEO Grup
Maybank pada bulan Mei 2008. Sehingga 30 Juni 2010, Maybank adalah bank
terbesar di Malaysia, asetnya senilai RM337 miliar (AS$106 miliar),
meletakkannya di antara 120 bank paling atas di dunia. Malayan Banking juga
merupakan perusahaan yang terdaftar di bawah Bursa Malaysia.
D. Bank
Koperasi
Bank Bukopin (sebelumnya bernama Bank Umum Koperasi Indonesia pada 1970 sampai 1989) adalah bank swasta kelas menengah di Indonesia dan
memfokuskan bisnis intinya pada 4 sektor, yaitu UKM, mikro, konsumer, dan
komersial.
Bank Bukopin didirikan pada tanggal 1 Juli 1970, sebelumnya dikenal sebagai Bank Umum Koperasi Indonesia.
Pada 1989, perusahaan berganti nama menjadi Bank Bukopin. Selanjutnya,
pada 1993 status perusahaan berubah menjadi perseroan terbatas.
Bank Bukopin menfokuskan diri pada
segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke
kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya
kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih
luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan
konsumer. Ketiga segmen ini merupakan pilar bisnis Bank Bukopin, dengan
pelayanan secara konvensional maupun syariah, yang didukung oleh sistem
pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi informasi, kompetensi
sumber daya manusia dan praktek tata kelola perusahaan yang baik. Landasan ini
memungkinkan Bank Bukopin melangkah maju dan menempatkannya sebagai suatu bank
yang kredibel. Berkantor pusat di Gedung Bank Bukopin, Jl MT Haryono Kav 50-51
Jakarta Selatan, operasional Bank Bukopin kini didukung oleh lebih dari 425
outlet yang tersebar di 22 provinsi di seluruh Indonesia yang terhubung secara
real time online. Bank Bukopin juga telah membangun jaringan micro-banking yang
diberi nama “Swamitra”, yang kini berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program
kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro. Dengan struktur
permodalan yang semakin kokoh sebagai hasil pelaksanaan Initial Public Offering
(IPO) pada bulan Juli 2006, Bank Bukopin terus mengembangkan program
operasionalnya dengan menerapkan skala prioritas sesuai strategi jangka pendek
yang telah disusun dengan matang. Penerapan strategi tersebut ditujukan untuk
menjamin dipenuhinya layanan perbankan yang komprehensif kepada nasabah melalui
jaringan yang terhubung secara nasional maupun internasional, produk yang
beragam serta mutu pelayanan dengan standar yang tinggi. Keseluruhan kegiatan
dan program yang dilaksanakan pada akhirnya berujung pada sasaran terciptanya
citra Bank Bukopin sebagai lembaga perbankan yang terpercaya dengan struktur
keuangan yang kokoh, sehat dan efisien. Keberhasilan membangun kepercayaan
tersebut akan mampu membuat Bank Bukopin tetap tumbuh memberi hasil terbaik
secara berkelanjutan.
E. Bank
Campuran
1)
Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
Bank Sumitomo Mitsui Indonesia adalah Perusahaan yang bergerak dibidang Perbankan,yang berdiri
sejak 1989,dan berkantor
pusat di Jakarta.
Bank ini adalah hasil merger dari 2
bank yang telah berdiri sebelumnya,yaitu Bank Sumitomo Niaga, yang dimiliki
oleh The Sumitomo Bank Ltd dan Bank CIMB Niaga (d/h Bank Niaga), kemudian berubah menjadi Bank Sumitomo
Indonesia pada 2001 serta
Bank Mitsui Swadharma, yang dimiliki oleh The Mitsui Bank Ltd dan Bank
Central Dagang
(dilikuidasi), kemudian berubah menjadi Bank Sakura Swadharma pada 1992. Pada 2001,kedua perusahaan itu (Bank Sumitomo
Indonesia dan Bank Sakura Swadharma) bergabung dan membentuk perusahaan baru
bernama Bank Sumitomo Mitsui Indonesia. Pemegang saham perusahaan saat ini
adalah Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Bank Central Asia dan Bank Negara Indonesia.
2)
Bank Agris
Bank Agris adalah Perusahaan Perbankan yang berdiri sejak 1973,dan berkantor pusat di Jakarta.Bank ini
berstatus Bank
Devisa.
Bank Agris, berkedudukan di Jakarta, didirikan pada tahun 1973,
pada awalnya bernama PT Finconesia merupakan lembaga keuangan bukan bank (LKBB), pada saat itu
para pemegang sahamnya adalah : (i). Bank
Negara Indonesia
1946; (ii). The Nomura Securities Co Ltd (iii). Barclays Bank International
Limited; (iv). Manufacturers Hanover International Finance Corporation (v). The
Mitsui Bank Ltd; (vi) Banque Francaise Du Commerce Exterieur dan (vii).
Commerzbank Aktiengesellschaft. Pada tahun 1993,
PT Finconesia yang semula ijin usahanya merupakan lembaga keuangan bukan bank,
disetujui dan berubah menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Finconesia berdasarkan Surat Keputusan
dari Menteri
Keuangan Republik
Indonesia dengan
Nomor 442/KMK.017/1993 tertanggal 9
Maret 1993.
Pada tanggal 11 September 1993,
PT. Bank Finconesia ditunjuk sebagai Bank Devisa Persepsi, berdasarkan surat keputusan dari Departemen Keuangan Republik
Indonesia Kantor
Wilayah VI Direktorat Jenderal Anggaran Jakarta dengan suratnya Nomor :
S-1094/WA.06/BD.0502/1993 tertanggal 11
September 1993.
Pada awal tahun 2007, PT Dian Intan Perkasa, perusahaan
yang terkait dengan Charoen Pokphand Group di Indonesia, merencanakan memperluas usahanya
di bidang keuangan dan pada tanggal 1
Agustus 2007
telah merealisasikan rencana tersebut dengan melakukan pembelian saham PT Bank
Finconesia yang pada saat itu dimiliki oleh Commerzbank Aktiengesellschaft
sebesar 51 % dan PT Bank
Negara Indonesia
(Persero) Tbk sebanyak 48,51 %, sehingga kepemilikan total PT Dian Intan
Perkasa menjadi sebesar 99.51 %.
Sedangkan
kepemilikan PT Pertiwi Indonesia (PI) sebesar 0,49% di PT Bank Agris dimulai
pada tanggal 16 Februari 2011,
kepemilikan tersebut berasal dari pembelian atas seluruh saham yang dimiliki
oleh JP Morgan International Inc - New York pada PT. Bank Agris. Selanjutnya
kepemilikan ini dialihkan kepada Bapak Benjamin Jiaravanon pada tanggal 4
April 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar